Burung kasuari merupakan burung purba endemik Papua dan Maluku yang telah hidup lebih dari 60 juta tahun lalu. Burung yang memiliki tinggi 1,8 meter dengan berat mencapai 76 kg ini tersembunyi di antara lebatnya hutan hujan Papua. Dimuat dari Mongabay Indonesia, burung kasuari memiliki warna bulu hitam yang bisa menyamarkan badannya dalam keremangan hutan hujan tropis. Tatapan matanya tajam sigap mengamati gerak gerik mencurigakan dari balik rerimbunan daun.

Burung ini memiliki nama kasuari yang diambil dari bahasa Papua yaitu kasu, kasuari, atau kasavari yang berarti bertanduk. Kasuari memang terlihat memiliki satu tanduk di atas kepala, semakin besar tanduknya menandakan usianya yang lebih tua. Ada tiga spesies kasuari di dunia, yaitu kasuari utara (Casuarius unappendiculatus), kasuari selatan (casuarius casuarius), dan kasuari kerdil (casuarius bennetti). Habitat kasuari meliputi Pulau Seram, seluruh Papua, Pulau Aru, dan Australia Timur Laut. Kasuari menyukai hutan hujan tropis yang lebat, hutan mangrove, namun kadang juga terlihat di dekat lahan pertanian penduduk. Burung yang tidak bisa terbang ini memakan bulat-bulat aneka buah yang jatuh di lantai hutan.
Biji yang ikut tertelan kemudian keluar bersama kotoran dan menjauh dari asal pohonnya. Ini memberi kesempatan kepada aneka pohon untuk menyebar dan memenuhi seluruh Pulau Papua dan sekitarnya.
“Tanpa kehadiran kasuari, hutan hujan Papua barangkali tidak selebat seperti sekarang. Kasuari telah membantu regenerasi pohon-pohon hutan Papua itu tetap terjaga,” tulis Jay Fajar. Margaretha Pangau Adam dan rekannya menemukan kasuari juga makan buah tumbuhan palem. Ada sepuluh jenis biji palem pada 147 kotoran kasuari yang ditemukan. Dia juga menemukan korelasi positif antara banyaknya kasuari dengan tutupan kanopi dan pohon.“Kasuari memerlukan akses teratur ke sumber air sehingga populasi kasuari lebih banyak ditemukan di hutan primer,” jelasnya.
English Translation
Cassowary: Ancient Bird Protecting Papua’s Forest Ecosystem Faithfully
The cassowary bird is a prehistoric species endemic to Papua and the Maluku Islands that has been living for over 60 million years. Standing at a height of 1.8 meters and weighing up to 76 kg, this bird is hidden among the dense rainforests of Papua. According to Mongabay Indonesia, the cassowary has black feathers that blend in with the shadows of the tropical rainforest. Its sharp eyes carefully observe any suspicious movements from behind the foliage.
The name “cassowary” comes from the Papuan word “kasu” or “kasavari,” meaning horned. Indeed, the cassowary appears to have a horn on its head, with the size of the horn indicating its age. There are three species of cassowary in the world: the northern cassowary, the southern cassowary, and the dwarf cassowary. Their habitat includes Seram Island, all of Papua, Aru Island, and Northeastern Australia. Cassowaries prefer dense tropical rainforests, mangrove forests, but can also be seen near agricultural land.
These flightless birds feed on various fallen fruits in the forest, swallowing seeds that are later dispersed through their droppings. This helps in the spread of various tree species across Papua and its surrounding areas. Without the presence of cassowaries, the rainforests of Papua may not be as lush as they are today. Researchers have also found that cassowaries eat palm fruits, with 147 cassowary droppings containing seeds from ten different palm species.
According to Jay Fajar.Margaretha Pangau Adam, cassowaries play a vital role in maintaining the integrity of the Papua rainforest by aiding in tree regeneration. They need regular access to water sources, which is why they are more commonly found in primary forests. Overall, cassowaries are essential for the ecosystem of Papua and its surrounding regions.