Jenazah Glen Malcolm Conning (50), seorang pilot asal Selandia Baru, yang ditembak oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), telah berhasil dievakuasi ke Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, Papua Tengah pada Selasa (6/8/2024). Sebelumnya, pada hari Senin (5/4/2024), OPM melakukan penyanderaan terhadap sebuah helikopter komersial di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, di mana mereka juga menembak Conning hingga meninggal dunia, bersamaan dengan menyandera empat penumpang pesawat.
Kejadian penyanderaan dan penembakan terhadap pilot serta penumpang pesawat di Papua bukanlah hal baru. Kekerasan ini merupakan bagian dari rangkaian serangan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
PAGARAS mencatat sejumlah insiden penembakan yang dilakukan OPM terhadap moda transportasi udara lainnya. Pada Selasa (6/2/2024), OPM menyerang pesawat Smart Air di Lapangan Terbang Distrik Baya Biru, Kabupaten Paniai, Papua Tengah. Dalam insiden tersebut, Ajun Inspektur Satu Manurung, seorang aparat yang berjaga, mengalami luka tembak di bagian perut, sementara warga setempat, Benyamin Banua, terluka di pahanya. Selanjutnya, pada Jumat (16/2/2024), kelompok ini juga menembaki pesawat Caravan Asia One Air PK-LTF di Bandar Udara Milawak, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, tetapi tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Pada Sabtu (17/2/2024), OPM kembali menyerang pesawat Wings Air di Bandar Udara Nop Goliat, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo. Dalam insiden ini, dua dari 36 penumpang mengalami luka. Selain itu, pada Jumat (5/7/2024), OPM memblokir landasan Bandara Agandugume, Kabupaten Puncak.
PAGARAS juga menerima laporan mengenai tindakan teror OPM di Bandar Udara Sinak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, pada Senin (8/7/2024). Bandara ini berdekatan dengan gudang logistik pangan milik pemerintah. Beberapa hari sebelumnya, OPM juga meneror pembangunan gudang pangan lain di Distrik Agandugume, hingga menghambat operasionalisasi bandara dan pembangunan logistik di kawasan tersebut.
Dalam penyelidikan PAGARAS, OPM menyatakan bahwa mereka melepaskan tembakan karena adanya aktivitas bongkar muat logistik militer di bandara tersebut. Namun, sebenarnya, pemerintah sedang mempersiapkan dua gudang logistik pangan untuk mencegah potensi kelaparan di wilayah pegunungan tengah Papua. Terlihat bahwa ada tiga anggota OPM, salah satunya membawa senjata api laras panjang, bersama dengan beberapa wanita dan anak-anak yang dijadikan perisai hidup untuk menghindari tindakan aparat. PAGARAS memahami dilema yang dihadapi aparat keamanan, yang tidak mungkin menembaki perempuan dan anak-anak meskipun OPM berada di dekat mereka.
Kembali Beraksi: Rentetan Serangan OPM di Papua
Pada Selasa, 9 April 2024, kelompok OPM melakukan penembakan terhadap dua warga sipil di Kampung Kago, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Kejadian serupa berlangsung pada Rabu, 10 April 2024, ketika OPM melancarkan dua serangan teror di Kampung Modusit, Distrik Serambakon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Selain itu, OPM juga menyerang lokasi publik di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, yang mengakibatkan tewasnya Nando Duwitau (12) dan melukai Nopina Duwitau (6). Pada hari Kamis, 4 April 2024, OPM kembali beraksi di Yahukimo, Papua Pegunungan, dan menewaskan Yosep Pulung (55).
PAGARAS mencatat bahwa pada malam Selasa, 21 Mei 2024, OPM meneruskan aksi teror di Madi, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Papua Tengah. Kelompok yang diduga dipimpin oleh Undius Kogoya tersebut membakar gedung sekolah dan kios-kios di area tersebut serta menyerang warga dengan tembakan. Insiden ini dimulai di sebuah kios di Madi, Paniai Timur. Selain itu, kelompok tersebut juga membakar gedung sekolah terpadu YPPGI Kepas Kopo, yang terdiri dari PAUD, SD, dan SMP.
PAGARAS memberikan apresiasi atas respons cepat aparat keamanan yang berhasil mengevakuasi 23 warga, termasuk guru-guru dari sekolah yang terbakar, ke Markas Polres Paniai. Dalam penelusuran selanjutnya, informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa salah satu anggota OPM, Basoka Lawiya, tertembak mati. Basoka diketahui merupakan ajudan dari Undius Kogoya.
Insiden pembakaran di Madi terjadi beberapa hari setelah penangkapan seorang komandan OPM di wilayah Dokoge-Paniai, Peni Pekei alias Petrus Pekei. Peni dikenal terlibat dalam berbagai tindak pidana seperti pemerasan, pengancaman, pencurian dengan kekerasan, dan kepemilikan senjata api ilegal sejak tahun 2015.
Berdasarkan data dari Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz 2023, sepanjang tahun 2023 terdapat 209 peristiwa yang dipicu oleh aksi OPM dan masalah politik di wilayah Papua. Akibatnya, 79 orang meninggal dunia, termasuk 37 warga sipil, 20 anggota TNI, dan 3 anggota Polri. Selain itu, 19 anggota kelompok kriminal bersenjata juga tewas. Di bulan Februari tahun yang sama, pilot Susi Air bernama Philip Mark Mehrtens disandera di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, dan hingga saat ini belum ada kabar tentang pembebasannya. Selain itu, terjadi juga pembunuhan terhadap aktivis HAM, Michelle Kurisi Doga, pada 28 Agustus 2023.
Pada tahun 2022, data dari Polda Papua menunjukkan bahwa OPM menyebabkan 53 kematian dengan total 90 kasus. Ini menunjukkan penurunan 16 kasus atau 15,10 persen dibandingkan tahun 2021, yang mencatatkan 106 kasus.
Dampak Teror Terhadap Masyarakat Sipil Papua
PAGARAS mengamati bahwa rangkaian teror yang terjadi pada moda transportasi utama serta berbagai serangan lainnya memberikan dampak negatif bagi masyarakat di daerah pedalaman Papua. Pemenuhan kebutuhan dasar warga semakin terhambat. Misalnya, akibat teror yang terjadi di bandara, pembangunan gudang pangan di Sinak dan Agandugume terhenti. Padahal, keberadaan gudang logistik ini sangat penting untuk mencegah terjadinya bencana kelaparan di wilayah tersebut.
PAGARAS merasa sangat prihatin terhadap kondisi dan situasi yang terus memburuk ini, yang perlahan-lahan mengikis rasa aman masyarakat. Selain jatuhnya korban jiwa, banyak warga terpaksa mengungsi dan kehilangan tempat tinggal serta sumber penghidupan mereka demi menghindari konflik. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi pun terhambat. Konflik yang berkepanjangan ini turut mengorbankan berbagai layanan publik, termasuk di bidang pendidikan dan kesehatan.
PAGARAS juga melakukan penyelidikan tentang keterkaitan organisasi lain dan alasan di balik aksi teror serta kekerasan yang dilakukan oleh OPM terhadap masyarakat setempat dan aparat pemerintah, baik sipil maupun militer. Dalam beberapa insiden, OPM sering kali mengklaim bahwa pesawat komersial yang mereka serang adalah kendaraan militer Indonesia yang digunakan untuk logistik perang. Mereka juga mengekspresikan ketidakpuasan terhadap berbagai proyek pembangunan yang berlangsung di dekat wilayah yang mereka anggap sebagai daerah teritorial mereka. Kelompok OPM ini dipimpin oleh Egianus Kogoya.
Kelompok yang dipimpin oleh Egianus tersebut menuntut pengakuan kemerdekaan Papua dari Indonesia dengan menggunakan kekerasan sebagai metode. Mereka bahkan mengancam akan menembak Mehrtens jika permohonan untuk membicarakan kemerdekaan Papua ditolak. Tindakan penembakan dan penyerangan yang menyebabkan kematian warga, pegawai negeri sipil, polisi, dan tentara, serta perusakan fasilitas umum, dilakukan sebagai bentuk tekanan terhadap penetrasi pemerintah di Papua.
Teror OPM Juga Menewaskan Aparat Keamanan
PAGARAS mencatat, OPM juga menebar teror di Papua, khususnya di wilayah pegunungan tengah. Seorang prajurit TNI, Prajurit Kepala Hendrik Fonataba, anggota Koramil 1717-02/Sinak, tewas tertembak OPM di Jalan Bandara, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Sabtu (15/6/2024). Penembakan terjadi pada pukul 13.20 WIT saat anggota sedang melaksanakan tugas patroli dengan menggunakan kendaraan roda empat.
PAGARAS mendapatkan informasi terkai pernyataan juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom, menyatakan, pihaknya bertanggung jawab atas insiden tersebut. Serangan ini dilakukan TPNPB Komando Daerah Pertahanan (Kodap) Sinak pimpinan Kalenak Murib.
Sebelumnya, pada Selasa (11/6/2024), tindakan keji OPM menewaskan Rusli (40), sopir asal Sulawesi Selatan di Paniai, Papua Tengah. Tidak hanya menembak warga sipil, OPM kelompok Undius Kogoya ini juga membakar mobil serta turut menewaskan Rusli yang masih berada di dalam kendaraan angkutan tersebut.
PAGARAS sangat mengutuk strategi keji OPM yang kembali menggunakan perempuan dan anak-anak sebagai perisai hidup mereka untuk melindungi diri mereka dari kejaran aparat. Dari informasi yang didapat PAGARAS, pada hari Jumat (14/6/2024), Komando Operasi (Koops) Habema telah mengepung lokasi persembunyian kelompok OPM pembunuh Rusli di Distrik Bibida, Kabupaten Paniai, Dalam pengepungan tersebut, OPM sempat berlindung di balik warga sipil.
Dialog untuk Penyelesaian Kekerasan di Papua
PAGARAS berpendapat bahwa untuk menangani masalah kekerasan di Papua, termasuk pembebasan pilot Susi Air, sangat penting untuk mengedepankan dialog dan negosiasi yang damai. Agar proses dialog dapat berlangsung dengan baik, kondisi yang memadai harus dipenuhi, yaitu baik aparat keamanan maupun OPM harus menghentikan keterlibatan mereka dalam konflik bersenjata.
Selain itu, PAGARAS meminta kepada OPM untuk memberikan jeda dalam semua bentuk kekerasan di Papua, termasuk dalam hal kontak senjata. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan ruang bagi negosiasi yang konstruktif. PAGARAS juga mengimbau pemerintah untuk mempertimbangkan semua opsi yang ada, lengkap dengan dampak yang mungkin ditimbulkan. Pertimbangan ini harus sesuai dengan hukum yang berlaku, prinsip kehati-hatian, efektivitas dalam mencapai tujuan, serta hak asasi manusia (HAM).
PAGARAS juga menekankan pentingnya pemerintah untuk menjalin komunikasi dengan tokoh masyarakat setempat mengenai keberadaan gudang logistik pangan. Mengingat adanya kelompok separatis di kawasan tersebut, mereka cenderung curiga terhadap aktivitas yang melibatkan pihak militer.
PAGARAS mengamati pendekatan pemerintah yang mencakup elemen persuasif, imperatif, dan represif, yang diperlukan untuk melindungi masyarakat dari tindakan kekerasan dan teror. Oleh karena itu, PAGARAS mendorong semua pihak untuk bersatu dan mencari solusi terhadap masalah yang ada. Konflik yang berkepanjangan tidak seharusnya mengorbankan kebutuhan masyarakat sipil.
Shalom, Tuhan Jaga
Herdy Ezra Wayoi
Ketua LSM PAGARAS
Papua Garis Keras
Download the Press Release Here
English Translation
“Notes from PAGARAS Regarding the Increased Terror Actions by OPM
Timika, August 13, 2024
The body of Glen Malcolm Conning (50), a pilot from New Zealand who was shot by the Free Papua Organization (OPM), has been successfully evacuated to Timika, the capital of Mimika Regency, Central Papua on Tuesday (August 6, 2024). Earlier, on Monday (April 5, 2024), OPM hijacked a commercial helicopter in Alama District, Mimika Regency, where they also shot Conning, resulting in his death, along with the kidnapping of four passengers.
The incidents of hijacking and shooting against pilots and passengers in Papua are not new. This violence is part of a series of attacks that have been ongoing for years.
PAGARAS recorded several shooting incidents carried out by OPM against other air transport modes. On Tuesday (February 6, 2024), OPM attacked a Smart Air plane at Baya Biru District Airport, Paniai Regency, Central Papua. In this incident, First Inspector Manurung, a guard, was shot in the abdomen, while a local resident, Benyamin Banua, was injured in the thigh. Subsequently, on Friday (February 16, 2024), this group also fired at a Caravan Asia One Air PK-LTF aircraft at Milawak Airport, Beoga District, Puncak Regency, but there were no casualties in this event.
On Saturday (February 17, 2024), OPM again attacked a Wings Air plane at Nop Goliat Airport, Dekai District, Yahukimo Regency. In this incident, two of the 36 passengers were injured. Additionally, on Friday (July 5, 2024), OPM blocked the runway of Agandugume Airport, Puncak Regency.
PAGARAS also received reports regarding OPM’s terror actions at Sinak Airport, Sinak District, Puncak Regency, on Monday (July 8, 2024). This airport is located near a government food logistics warehouse. Several days earlier, OPM also terrorized the construction of another food warehouse in Agandugume District, hindering airport operations and logistics development in the area.
In PAGARAS’s investigation, OPM claimed that they opened fire due to military logistics loading and unloading activities at the airport. However, in reality, the government was preparing two food logistics warehouses to prevent potential famine in the central highlands of Papua. There were three OPM members visible, one carrying a long-barreled firearm, along with several women and children used as human shields to avoid action from the authorities. PAGARAS understands the dilemma faced by security forces, who cannot shoot at women and children even though OPM is nearby.
Back in Action: A Series of OPM Attacks in Papua
On Tuesday, April 9, 2024, the OPM group shot two civilians in Kago Village, Ilaga District, Puncak Regency, Central Papua. A similar incident occurred on Wednesday, April 10, 2024, when OPM launched two terror attacks in Modusit Village, Serambakon District, Pegunungan Bintang Regency, Papua Pegunungan, resulting in fatalities. Additionally, OPM attacked a public location in Intan Jaya Regency, Central Papua, resulting in the death of Nando Duwitau (12) and wounding Nopina Duwitau (6). On Thursday, April 4, 2024, OPM struck again in Yahukimo, Papua Pegunungan, killing Yosep Pulung (55).
PAGARAS reported that on the night of Tuesday, May 21, 2024, OPM continued its terror campaign in Madi, East Paniai District, Paniai Regency, Central Papua. The group, believed to be led by Undius Kogoya, set fire to school buildings and kiosks in the area and attacked residents with gunfire. The incident began at a kiosk in Madi, East Paniai. Furthermore, the group also burned down the integrated YPPGI Kepas Kopo school, which included early childhood education, elementary, and middle schools.
PAGARAS commended the rapid response of security forces who succeeded in evacuating 23 individuals, including teachers from the burned school, to the Paniai Police Headquarters. Subsequent investigations revealed that OPM member Basoka Lawiya was shot dead. Basoka was known to be an aide to Undius Kogoya.
The arson incident in Madi occurred just days after the arrest of an OPM commander in the Dokoge-Paniai area, Peni Pekei alias Petrus Pekei. Peni was known to be involved in various criminal activities such as extortion, threats, violent robberies, and illegal firearms possession since 2015.
According to data from the Cartenz Peace Operations Task Force 2023, there were 209 incidents triggered by OPM actions and political issues in Papua throughout 2023. As a result, 79 people lost their lives, including 37 civilians, 20 military personnel, and 3 police officers. Additionally, 19 members of armed criminal groups were also killed. In February of the same year, Susi Air pilot Philip Mark Mehrtens was taken hostage in Nduga Regency, Papua Pegunungan, and there has been no news regarding his release to date. Moreover, the murder of human rights activist Michelle Kurisi Doga occurred on August 28, 2023.
In 2022, data from the Papua Regional Police indicated that OPM caused 53 deaths with a total of 90 cases. This marked a decrease of 16 cases or 15.10 percent compared to 2021, which recorded 106 cases.
The Impact of Terror on the Civil Society of Papua
PAGARAS observed that the series of terror attacks on major transportation modes and various other assaults have negatively affected the communities in Papua’s remote areas. The fulfillment of residents’ basic needs has increasingly been hindered. For example, due to the terror at the airport, the construction of food warehouses in Sinak and Agandugume has been halted. The existence of these logistics warehouses is crucial to prevent famine in the region.
PAGARAS is deeply concerned about the deteriorating conditions and situation that gradually erode the community’s sense of security. In addition to fatalities, many residents have been forced to flee, losing their homes and livelihoods in an effort to avoid conflict. The processes of development and economic growth have also been obstructed. This prolonged conflict has also sacrificed various public services, including in education and health sectors.
PAGARAS is also investigating the connections between other organizations and the reasons behind the terror and violence perpetrated by OPM against local communities and government officials, both civilian and military. In several incidents, OPM often claims that the commercial aircraft they attack are Indonesian military vehicles used for war logistics. They have also expressed dissatisfaction with various development projects taking place near areas they consider their territorial domain. This OPM group is led by Egianus Kogoya.
The group led by Egianus demands recognition of Papua’s independence from Indonesia, using violence as their method. They even threatened to shoot Mehrtens if their request to discuss Papua’s independence was denied. The shooting and attacks that resulted in the deaths of civilians, civil servants, police, and soldiers, as well as the destruction of public facilities, are carried out as a form of pressure against government penetration in Papua.
OPM Terror Also Claims Security Personnel Lives
PAGARAS reports that OPM is also spreading terror in Papua, particularly in the central highlands region. A soldier of the Indonesian National Army, Chief Private Hendrik Fonataba, a member of Koramil 1717-02/Sinak, was killed by OPM gunfire on Airport Road, Sinak District, Puncak Regency, Central Papua, on Saturday (June 15, 2024). The shooting occurred at 1:20 PM WIT while the personnel were conducting a patrol using a four-wheeled vehicle.
PAGARAS obtained information regarding a statement from the spokesperson for the West Papua National Liberation Army, Sebby Sambom, who claimed responsibility for the incident. The attack was carried out by TPNPB Command Area Defense (Kodap) Sinak under the leadership of Kalenak Murib.
Previously, on Tuesday (June 11, 2024), the brutal actions of OPM resulted in the death of Rusli (40), a driver from South Sulawesi in Paniai, Central Papua. Not only did they shoot civilians, but this OPM group led by Undius Kogoya also set fire to a vehicle, killing Rusli who was still inside.
PAGARAS strongly condemns the cruel strategy of OPM, which again uses women and children as human shields to protect themselves from security forces. According to information received by PAGARAS, on Friday (June 14, 2024), the Habema Operation Command (Koops) had besieged the hideout of the OPM group that killed Rusli in Bibida District, Paniai Regency. During the siege, OPM sought refuge behind civilians.
PAGARAS’s View on Facing OPM Terror
PAGARAS believes that efforts to address violence in Papua, including the release of Susi Air’s pilot, should prioritize dialogue or negotiation without violence. For dialogue to proceed, a prerequisite situation is needed, meaning that both security forces and OPM must cease involvement in armed conflict.
PAGARAS also calls on OPM to create a pause for the cessation of all forms of violence in Papua, including armed contact. This is necessary so that negotiations can take place. PAGARAS urges the government to evaluate all available options along with their implications. Such evaluations should align with legal frameworks, principles of caution, effective achievement of goals, and human rights.
PAGARAS additionally encourages the government to coordinate with local community leaders regarding the existence of food logistics warehouses. Moreover, separatist groups in the area will likely be suspicious of any military-related activities.
PAGARAS observes that a persuasive, imperative, yet also repressive approach by the government is needed in efforts to protect the community from violence and terror. PAGARAS urges the government to encourage various parties to come together and find solutions concerning this issue. The prolonged conflict should not sacrifice the needs of the civilian population.
Shalom, Godbless!
Herdy Ezra Wayoi
Head of PAGARAS NGO
Papuan Hardline