PAGARAS Mengutuk Pembantaian Masyarakat Sipil Oleh OPM

Pegunungan Bintang, 10 September 2024, PAGARAS mengamati adanya peningkatan signifikan dalam gangguan keamanan dan kekerasan di Papua dalam beberapa waktu terakhir, yang mengakibatkan banyak korban jiwa, terutama di kalangan masyarakat sipil, baik penduduk lokal maupun pendatang. Tindakan pembunuhan ini terjadi karena para korban dianggap sebagai intelijen atau mata-mata militer Indonesia. PAGARAS mencatat sejumlah insiden pembunuhan brutal dan perusakan fasilitas publik yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan sayap militernya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sepanjang tahun 2024 hingga saat ini.

Dalam laporan awalnya, PAGARAS mencatat kejadian pada tanggal 30 Maret 2024, di mana OPM melakukan teror yang mengakibatkan tewasnya Jhonsep Salempang (23), seorang pengantar air galon di Kompleks Bandara Nop Goliat Dekai. Sebelumnya, pada 20 Maret 2024, OPM menyerang Pos Polisi 99 Ndeotadi di Distrik Baya Biru, Kabupaten Paniai, Papua Tengah, yang mengakibatkan gugurnya Brigadir Dua Arnaldobert dan Brigadir Dua Sandi Defrit. Dua senjata jenis AK-47 juga dilaporkan hilang dalam insiden tersebut. PAGARAS juga mencatat serangan serupa yang terjadi di lokasi yang sama pada Mei 2020, di mana OPM yang dipimpin oleh Ton Tabuni menyerang dan merampas tiga senjata dari polisi.

PAGARAS sangat mengecam tindakan pembunuhan OPM terhadap warga sipil asli Papua. Pada 8 April 2024, OPM membunuh Timo Kasipmabin (45), Kepala Kampung Modusit, Distrik Serambakon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan. Timo yang juga menjabat sebagai anggota polisi pamong praja dibunuh oleh TPNPB-OPM yang dipimpin oleh Ananias Ati Mimin. Sebby Sambom, juru bicara TPNPB-OPM, mengakui bahwa serangan tersebut merupakan peringatan kepada warga asli Papua yang dianggap memberi informasi kepada aparat, padahal Timo hanya berusaha melayani masyarakat di kampungnya. Kekejian OPM tidak hanya menargetkan orang dewasa, pada 8 April 2024, mereka juga menyerang area publik di Kabupaten Intan Jaya, yang berakibat pada tewasnya Nando Duwitau (12) dan melukai Nopina Duwitau (6) di tangan kiri.

Tidak puas dengan teror terhadap warga sipil, pada 21 Mei 2024, kelompok ini membakar sejumlah kios di Madi, Paniai Timur, dan juga membakar gedung sekolah terpadu YPPGI Kepas Kopo yang terdiri dari PAUD, SD, dan SMP.

Dalam catatan PAGARAS, pada 11 Juni 2024, OPM kembali melakukan pembantaian yang menewaskan Rusli (40), seorang sopir asal Sulawesi Selatan di Paniai, Papua Tengah. Selain menembak warga sipil, kelompok yang dipimpin oleh Undius Kogoya ini juga membakar mobil dengan jenazah Rusli yang masih ada di dalamnya. Pada 14 Juni 2024, Komando Operasi (Koops) Habema mengepung persembunyian kelompok OPM tersebut di Distrik Bibida, Kabupaten Paniai.

Kepala Penerangan Koops Habema, Letnan Kolonel Arh Yogi Nugroho, melaporkan bahwa OPM menggunakan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, sebagai tameng hidup untuk menghindari kejaran aparat. PAGARAS sangat mengutuk strategi brutal OPM tersebut. Koops Habema berusaha hati-hati dalam menjalankan operasi dengan hanya mengarahkan tembakan ke atas untuk menghalau kelompok OPM dari perkampungan.

PAGARAS sangat prihatin, karena belum genap sebulan, seorang prajurit TNI, Prajurit Kepala Hendrik Fonataba, tewas tertembak oleh OPM di Jalan Bandara, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, pada 15 Juni 2024. PAGARAS mengidentifikasi aksi ini sebagai tindakan dari kelompok OPM yang bermarkas di Distrik Sinak. Setelah aksinya, kelompok tersebut melarikan diri ke Kampung Tenonggame, Distrik Sinak. Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, mengklaim tanggung jawab atas insiden tersebut, yang dilakukan oleh Kodap Sinak di bawah pimpinan Kalenak Murib.

Pada 13 Juli 2024, PAGARAS menerima informasi dari Satgas Damai Cartenz mengenai pembantaian lainnya di Kampung Massi, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, di mana Abdul Muzakir (32), seorang sopir truk asal Nusa Tenggara Barat, menjadi korban. Jhonsep Salempang (23), seorang pengantar galon dari Tana Toraja, Sulsel, juga ditemukan tewas dengan luka sabetan di punggung dan perut.

Kekerasan ini terus berlanjut, pada 13 Agustus 2024, PAGARAS menerima laporan mengenai penembakan oleh OPM di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Korban, Raimon Gustam Kailimang, adalah pekerja proyek asal Sulawesi Selatan yang sedang mengambil air ke Sungai Wabu dan ditembak oleh kelompok pimpinan Lewis Kogoya.

Rangkaian insiden ini menambah daftar panjang teror bersenjata sepanjang tahun 2024. Jika melihat ke tahun 2023, terdapat 209 peristiwa kekerasan dan kriminal bersenjata di Papua, dengan 79 orang tewas, termasuk 37 warga sipil, 20 prajurit TNI, dan 3 anggota Polri, serta 19 anggota OPM yang juga tewas.

Kecaman PAGARAS dan desakan kepada pemerintah
PAGARAS mengecam keras tindakan penganiayaan terhadap warga sipil dan aparat keamanan di Papua. Sangat disayangkan bahwa OPM justru menargetkan masyarakat asli Papua, termasuk anak-anak dan perempuan. PAGARAS menilai tindakan OPM tidak dapat ditoleransi.

PAGARAS menyerukan kepada OPM untuk menyadari keadaan dan kembali ke pangkuan NKRI, menegaskan bahwa rakyat Papua telah merdeka sepenuhnya setelah bergabung dengan Indonesia. Masyarakat Papua juga mengutuk keras segala tindakan brutal yang dilakukan oleh OPM.

PAGARAS mendesak pemerintah dan aparat berwenang untuk secara serius dan konsisten memberantas OPM hingga ke akar-akarnya. Tindakan ini sangat diperlukan untuk menjaga situasi yang kondusif di Papua dan memastikan bahwa kebijakan otonomi khusus dapat dilaksanakan dengan baik.

Shalom, Tuhan Jaga

Herdy Ezra Wayoi
Ketua LSM PAGARAS
Papua Garis Keras

Download the Press Release Here

English Translation

PAGARAS Condemns Civilian Massacres by OPM
Pegunungan Bintang, September 10, 2024

PAGARAS has observed a significant increase in security disturbances and violence in Papua in recent times, resulting in many casualties, especially among civilians, including local residents and migrants. These acts of murder occur because the victims are perceived as intelligence agents or spies for the Indonesian military. PAGARAS has documented several incidents of brutal killings and destruction of public facilities perpetrated by the Free Papua Organization (OPM) and its military wing, the West Papua National Liberation Army (TPNPB), throughout 2024 to date.

In its initial report, PAGARAS noted an incident on March 30, 2024, where OPM engaged in terror resulting in the death of Jhonsep Salempang (23), a gallon water delivery person at the Nop Goliat Dekai Airport Complex. Earlier, on March 20, 2024, OPM attacked Police Post 99 Ndeotadi in the Baya Biru District, Paniai Regency, Central Papua, resulting in the deaths of Second Brigadier Arnaldobert and Second Brigadier Sandi Defrit. Two AK-47 type firearms were also reported missing in the incident. PAGARAS also noted a similar attack at the same location in May 2020, where OPM led by Ton Tabuni attacked and seized three firearms from the police.

PAGARAS strongly condemns OPM’s acts of murder against indigenous Papuan civilians. On April 8, 2024, OPM killed Timo Kasipmabin (45), the head of Modusit Village in the Serambakon District, Pegunungan Bintang Regency, Papua Pegunungan. Timo, who also served as a public order officer, was killed by TPNPB-OPM led by Ananias Ati Mimin. Sebby Sambom, spokesperson for TPNPB-OPM, acknowledged that the attack was a warning to indigenous Papuans who were considered to be providing information to the authorities, despite Timo merely trying to serve his community. The atrocities of OPM did not only target adults; on April 8, 2024, they also attacked a public area in Intan Jaya Regency, resulting in the death of Nando Duwitau (12) and injuring Nopina Duwitau (6) in his left arm.

Not content with terrorizing civilians, on May 21, 2024, this group burned several stalls in Madi, Paniai Timur, and also set fire to the YPPGI Kepas Kopo integrated school building, which included early childhood education, elementary, and junior high schools.

According to PAGARAS, on June 11, 2024, OPM again committed a massacre that killed Rusli (40), a driver from South Sulawesi in Paniai, Central Papua. In addition to shooting civilians, the group led by Undius Kogoya also burned a car with Rusli’s corpse still inside. On June 14, 2024, the Habema Operations Command (Koops) surrounded the hideout of the OPM group in Bibida District, Paniai Regency.

The Head of Information for Koops Habema, Lieutenant Colonel Arh Yogi Nugroho, reported that OPM used civilians, including women and children, as human shields to evade pursuit by the authorities. PAGARAS vehemently condemns this brutal strategy by OPM. Koops Habema has been cautious in conducting operations, only directing gunfire upwards to ward off the OPM group from residential areas.

PAGARAS is very concerned, as less than a month later, a TNI soldier, Chief Private Hendrik Fonataba, was shot dead by OPM on Airport Road, Sinak District, Puncak Regency, Central Papua, on June 15, 2024. PAGARAS identified this action as carried out by the OPM group based in Sinak District. After the incident, the group fled to Tenonggame Village, Sinak District. TPNPB-OPM spokesperson Sebby Sambom claimed responsibility for the incident, which the Sinak Command executed under the leadership of Kalenak Murib.

On July 13, 2024, PAGARAS received information from the Cartenz Peace Task Force regarding another massacre in Massi Village, Dekai District, Yahukimo Regency, Papua Pegunungan, where Abdul Muzakir (32), a truck driver from West Nusa Tenggara, was a victim. Jhonsep Salempang (23), a water delivery person from Tana Toraja, South Sulawesi, was also found dead with wounds on his back and abdomen.

This violence continues; on August 13, 2024, PAGARAS received reports of shootings by OPM in Sugapa District, Intan Jaya Regency, Central Papua. The victim, Raimon Gustam Kailimang, was a project worker from South Sulawesi who was shot while fetching water from the Wabu River by a group led by Lewis Kogoya.

This series of incidents adds to the long list of armed terror throughout 2024. Looking back at 2023, there were 209 incidents of violence and armed criminality in Papua, resulting in 79 deaths, including 37 civilians, 20 TNI soldiers, 3 police officers, and 19 OPM members who also died.

PAGARAS’s condemnation and calls to the government
PAGARAS strongly condemns the acts of abuse against civilians and security personnel in Papua. It is unfortunate that OPM specifically targets the indigenous Papuan community, including children and women. PAGARAS believes that OPM’s actions are intolerable.

PAGARAS urges OPM to recognize the situation and return to the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI) fold, emphasizing that the Papuan people have fully gained independence after joining Indonesia. The Papuan community also strongly condemns all brutal actions committed by OPM.

PAGARAS calls on the government and authorities to seriously and consistently eradicate OPM down to its roots. This action is essential to maintain a conducive situation in Papua and ensure that special autonomy policies can be implemented effectively.

Shalom, Godbless!

Herdy Ezra Wayoi
Head of PAGARAS NGO
Papuan Hardline

Check Also

Himbauan PAGARAS Untuk Mengantisipasi Gangguan Keamanan Pada Pilkada 2024 di Tanah Papua

Jayawijaya, 28 Nopember 2024. PAGARAS mengamati berbagai analisis dari pengamat politik dan keamanan yang meramalkan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *