Sepak terjang Kelompok separatis dan Teroris Papua (KSTP) di Tanah Papua sangat meresahkan warga. Selain menyebar teror secara fisik maupun psikis, kelompok tersebut juga telah membantai ribuan warga sipil dan menghancurkan fasilitas umum masyarakat. Ulah Kelompok Separatis Teroris Papua dengan mengganggu keamanan warga dengan melakukan tindak perampokan, pemerkosaan, pembunuhan keji, pembakaran, penculikan, dan tindakan anarkis lainnya, membuatnya layak mendapatkan label gerombolan teroris dan diperangi oleh aparat keamanan dan masyarakat.
Jika kita runut ke belakang, kelompok bersenjata di Papua pada awalnya hanya OPM yang mengacu pada Organisasi Papua Merdeka. Tujuan OPM yang muncul pada tahun 1963 adalah memerdekakan Papua dari Indonesia. OPM tercatat pertama kali melakukan serangan bersenjata di Manokwari pada 26 Juli 1965.
Kelompok separatis tersebut sering melakukan serangkaian tindak kriminal dengan menggunakan senjata api, dan mulai dikenal sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Selain KKB, ada juga kelompok yang menyebut diri dengan Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TNPPB), Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) yang memiliki tujuan sama, memerdekakan Papua melalui serangkaian tindak kejahatan dan terorisme, mengganggu keamanan dan ketertiban umum yang meresahkan masyarakat Papua.
Sepanjang 2020-2021, kelompok-kelompok bersenjata tersebut melakukan sekitar 20 kali penyerangan, baik kepada warga sipil maupun aparat keamanan. Mulai penyerangan markas Brimob di Nduga pada 11 Januari 2020, penyerangan terhadap pilot dan penumpang maskapai penerbangan Susi Air di Bandara Kabupaten Puncak pada 13 Maret 2021, hingga penyerangan Puskesmas yang menewasakan tenaga kesehatan di Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang pada 17 September 2021.
Sementara Sejak awal tahun 2022, tercatat 14 kasus penyerangan yang menewaskan penduduk sipil dan aparat keamanan, mulai dari pembunuhan 8 pekerja jaringan telekomunikasi di PT Palapa Timur Telematika (PTT) tanggal 2 Maret 2022, Pembantaian keji pasangan suami istri Babinsa dan Bidan di Yalimo tanggal 31 Maret 2022, Penyerangan Pos Militer di Kenyam, Kab. Nduga yang menewaskan 2 prajurit marinir, Pembantaian 2 tukang ojek di Puncak Jaya di bulan April, Pembakaran perumahan guru di Desa Wako, Ilaga, hingga penembakan pesawat sipil di Bandara Kenyam pada tanggal 8 Juni lalu.
Pagaras mencatat ada beberapa komunitas pemuda Papua, diantaranya adalah Pemuda Mandala Trikora Provinsi Papua, Komunitas Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI), Gerakan Peduli Kedaulatan Bangsa (GPKB), Komunitas Melanesian Clan dan beberapa organisasi/komunitas pemuda serta masyarakat di Papua yang mendukung penuh langkah aparat keamanan tersebut untuk mempercepat pemulihan keamanan di wilayah Papua.
Pagaras menyaksikan kelompok separatis ini kerap mengganggu proses pembangunan Jalan Trans Papua dan proses pembangunan infrastruktur lainnya, sehingga harus dijaga ketat oleh aparat. Tindakan kelompok separatis dengan membakar sekolah serta menyebar terror bagi guru-guru menghambat pembangunan kecerdasan masyarakat dan menjerumuskan anak-anak Papua, karena mereka bisa gagal menuntut ilmu, karena tidak adanya tenaga pengajar dan tempat untuk belajar.
Tindakan kelompok separatis membuat citra Papua menjadi buruk, karena identik dengan daerah yang rawan konflik dan mengerikan. Sehingga turis lokal dan asing menjadi takut untuk melakukan perjalanan wisata ke Papua. Belum lagi investor yang takut untuk menjalankan usaha di Tanah Papua. Pagaras sangat mendukung pemberantasan kelompok separatis yang patut dijadikan fokus utama bagi aparat yang bertugas di Papua. Masyarakat sangat miris pada perbuatan anggota KSTP yang terus melakukan kekejaman, seolah-olah kecanduan untuk membunuh dan tega untuk menembak saudara sebangsa dan setanah air sendiri.
Pagaras juga sudah melihat sinergi antara aparat keamanan dan elemen pemuda dan masyarakat. Mereka bersinergis dan kompak agar kelompok separatis itu cepat dibubarkan. Selain pemuda Papua, ibu-ibu dan elemen masyarakat lain juga mendukung pemberantasan kelompok tersebut. Mereka sebagian besar langsung memberikan informasi ketika ada aktivitas yang mencurigakan, sehingga saat muncul ancaman akan mudah dicegah oleh aparat. Selain itu, warga sipil juga kompak untuk tidak mau bekerja sama maupun menyembunyikan anggota kelompok separatis dari kejaran aparat.
Pagaras optimis dengan sinergi antara masyarakat dan aparat, kelompok separatis yang sangat mengganggu keamanan masyarakat, akan dapat secepatnya ditumpas. Karena warga sipil mengerti lika-liku daerah Papua dan menjadi informan aparat, ketika mereka melakukan penelusuran untuk menemukan markas kelompok separatis tersebut. Pagaras menghimbau agar pemerintah dan aparat keamanan mendorong dialog-dialog dengan elemen kepemudaan dan masyarakat untuk membangun sinergitas dalam menjaga keamanan dan kondusifitas di Tanah Papua sehingga bisa dengan damai berpartisipasi dalam pembangunan.
Jayapura, 12 Juni 2022
Shalom, Tuhan Jaga
Herdy Ezra Wayoi
Ketua LSM PAGARAS
Papua Garis Keras
Download the Press Release Here
English Version
Press Release
Community Support in Combating Separatist Groups
Criminal and Armed Actors in Papua
The actions of the Papuan separatist and terrorist group (KSTP) in Papua are disconcerting for the residents. In addition to spreading terror physically and psychologically, the group has also massacred thousands of civilians and destroyed public facilities.
The act of the Papuan Terrorist Separatist Group by disturbing the security of the residents by committing acts of robbery, rape, heinous murder, arson, kidnapping, and other unruly acts, has earned him the label of a terrorist group and will be fought by the security forces and the public.
If we trace back, the armed groups in Papua were initially only the OPM which referred to the Free Papua Organization. The goal of the OPM, which emerged in 1963, was to liberate Papua from Indonesia. The OPM was recorded for the first time carrying out an armed attack in Manokwari on 26 July 1965.
The separatist group often carried out a series of criminal acts using firearms. It became known as the Armed Criminal Group (KKB). In addition to the KKB, some groups call themselves the National Liberation Army for West Papua (TNPPB), the National Defense Army of the Free Papua Organization (TPN-OPM), which have the same goal, to liberate Papua through a series of crimes and terrorism, disrupting security and public order disturbing the Papuan people.
From 2020-to 2021, these armed groups carried out about 20 attacks on civilians and security forces. Starting from the attack on the Brimob headquarters in Nduga on 11 January 2020, the attack on the pilot and passengers of the airline Susi Air at the Puncak Regency Airport on 13 March 2021, to the attack on the Puskesmas that killed health workers in Kiwirok, Gunung Bintang Regency on 17 September 2021.
Meanwhile, since the beginning of 2022, there have been 14 cases of attacks that have killed civilians and security forces, ranging from the murder of 8 telecommunications network workers at PT Palapa Timur Telematika (PTT) on 2 March 2022 to the heinous massacre of a married couple Babinsa and a midwife in Yalimo on 31 March March 2022, Military Post Attack in Kenyam, Kab. Nduga that killed 2 marines, massacre of 2 motorcycle taxi drivers in Puncak Jaya in April, burning a teacher’s housing in Wako Village, Ilaga, to the shooting of a civilian plane at Kenyam Airport on 8 June.
Pagaras noted that there are several Papuan youth communities, including the Mandala Trikora Youth Papua Province, the Independent Social Media Activist Forum Community (FPMSI), the National Sovereignty Care Movement (GPKB), the Melanesian Clan Community and several youth organizations/communities as well as the people in Papua who fully support the steps taken by the security forces are to accelerate the restoration of security in the Papua region.
Pagaras witnessed that this separatist group often interfered with the construction of the Trans Papua Road and other infrastructure development processes so that it had to be closely guarded by the authorities. The actions of the separatist groups by burning schools and spreading terror to teachers hampered the development of community intelligence. They plunged Papuan children because they could fail to study. After all, there were no teaching staff and places to learn.
The actions of the separatist groups have made Papua’s image bad because it is synonymous with conflict-prone and terrible areas. So that local and foreign tourists are afraid to travel to Papua. Not to mention investors who are scared to run a business in Papua. Pagaras strongly supports eradicating separatist groups, which should be the primary focus for the officers on duty in Papua. The community is unfortunate at the actions of KSTP members who continue to commit atrocities as if they are addicted to killing and have the heart to shoot their own countrymen and countrymen.
Pagaras has also seen the synergy between the security forces and elements of youth and society. They are synergistic and compact so that the separatist group is quickly disbanded. Apart from Papuan youth, women and other aspects of culture also support eradicating these groups. Most of them immediately provide information when there is a suspicious activity so that when a threat appears, it will be easily prevented by the authorities. In addition, civilians are united in not wanting to cooperate or hide members of the separatist group from being chased by the authorities.
Pagaras is optimistic that with the synergy between the community and the apparatus, the separatist group, which is very disturbing to the community’s security, will be eradicated as soon as possible. Because civilians understand the intricacies of the Papua region and become informants for the apparatus when they conduct searches to find the headquarters of the separatist group.
Pagaras urges the government and security forces to encourage dialogue with youth and community elements to build synergy in maintaining security and conduciveness in the Land of Papua so that they can peacefully participate in development.
Jayapura, 12 June 2022
Shalom, Godbless!
Herdy Ezra Wayoi
Head of PAGARAS NGO
Papuan Hardline